Sebulir Cinta Untuk Anastasya

 Sebulir Cinta Untuk Anastasya




Ana menatap mataku sambil berkata "Aldy, ada ngga? Laki-laki lain yang lebih mengerti aku selain kamu? Ada ngga, laki-laki yang sebaik kamu? Sepeka kamu? Sehebat kamu?"

 

Aku menatap mata Ana lekat-lekat dengan bisik dalam hati 'cuma aku, Na'

"Eum..mungkin ada di luar sana, mungkin belum kamu temui" balasku untuk pertanyaan Ana berusaha menenangkannya.

 

"Kamu sahabat aku dari kita smp, Dy. Aku ngerasa kamu lebih hebat ngejaga aku, ngerti aku dibanding laki-laki lain yang buat aku jatuh cinta, kenapa mereka ngga bisa kaya kamu, dy? Kenapa?"

 

'Karena cuma aku yang lebih pandai menyayangi kamu, Na'. Lirih dalam hatiku lagi. Namun aku tak bisa benar-benar mengungkapkannya di depan Ana. Aku takut Ana akan merubah sikapnya ke aku. Aku takut Ana membatasi dirinya untuk dekat denganku, bercerita denganku, manja denganku. Aku takut Ana akan menjauh ketika aku mengungkapkan perasaanku kepadanya.

 

Selama ini, Ana selalu disakiti, kecewakan, diremukkan hatinya karena laki-laki yang dia cinta. Dan aku yang selalu menenangkannya, menghiburnya, memanjakannya, menyembuhkannya, merawatnya sebagaimana aku benar-benar mencintainya. Walaupun, dia tak pernah tahu aku punya perasaan padanya. Beberapa kali, dia juga bahkan selalu bercanda-canda ketika aku sedang menunggunya berdandan sebelum pergi jalan-jalan. Aku selalu bilang "udahan dandannya, jangan cantik-cantik kenapa si, gabakal ada yang suka juga" lalu dia membalas "yeuu, bilang aja takut banyak cowo suka sama aku" aku balas lagi "yeu, gabakal aku suka sama kamu".

 

Lucu, semua pernyataanku, itu bohong. Karena sejujurnya aku sudah lama menyukainya. Hanya saja aku tak tahu harus mengatakannya bagaimana. Karena, kita dekat berawal dari persahabatan. Aku takut, ketika aku mengatakan perasaanku yang sudah lama kusimpan dalam-dalam membuatnya menjauh diam-diam, pelan-pelan. Aku tidak siap.

 

Sejauh ini, akulah tempat Ana pulang saat dia merasa bimbang. Akulah tempat Ana menangis di saat masalahnya tak mampu Ia tepis. Akulah tempatnya bermanja saat di luar sana banyak yang melukainya dari orang yang Ia cinta.

 

"Kenapa diam, Dy?" Ana masih menunggu jawabanku atas pertanyaannya.

Aku menundukkan kepalaku lalu berkata..

"Karena..."

Aku kaget karena Ana tiba-tiba langsung memelukku. Semakin deras Ia mengucurkan airmatanya di dadaku. Semakin kuat pelukannya, semakin kuat Ana menangis histeris.

Dan Ana berkata..

"Aku tahu jawabanmu, Dy. Karena kamu sahabat aku kan? Karena kamu udah kenal aku kan?"

 

Entahlah, rasanya sesak. Tepat saat ini Ana mengucurkan airmatanya di dadaku, saat itu juga aku merasa dadaku ikut menangis dari dalam. Seperti memeluk dalam remuk saat Ana mengatakan dengan sejelas-jelasnya kalau Ia tahu kita sahabat, kalau Ia tahu aku seperti ini karena aku menganggapnya sahabat. Pernyataan Ana membuatku semakin kuat menahan lebih dalam lagi rasa cintaku padanya.

 

Lagi. Hatiku berteriak 

'iya, Na. Kita sahabat. Aku tidak boleh berharap kita ada perasaan yang lebih terikat'

Jawaban Ana sangat menyakiti hatiku. Jelas sudah pernyataannya. Ana, semakin membuatku sadar kalau aku tak boleh mencintainya. Tapi aku tetap saja mencintainya diam-diam. Seringkali bahkan Ana sudah membuka lebar luka di hatiku saat Ia sedang jatuh cinta pada laki-laki lain. Tapi aku tetap ada untuknya, aku masih mencintai Ana. Sebab airmata Ana, adalah kebahagiaanku yang runtuh.

 

"Makasih ya, Dy, udah dengerin aku curhat. Udah mau dengerin, liat aku nangis. Sekarang aku harus ke rumah mantan aku. Aku mau nerima ajakan balikan darinya. Aku yakin dia mau berubah buat aku. Makasih ya, Dy. Kamu memang sahabat aku. Aku harap kamu bisa dapat perempuan yang hebat buat kamu, yang cinta sama kamu. Udah dulu ya, Dy. Aku pergi, aku harus buru-buru"

 

Suara pintu menutup tanda sudah melangkahnya Ana pergi ke rumah mantannya.

 

"Ana... Perempuan yang aku mau itu cuma kamu"

Aku mulai meneteskan air mata dan terisak tangis. Aku membenturkan kepalaku ke dinding lalu memukul dadaku—berharap rasa bentuk sakit ini keluar dari dalam diriku. Aku harus sehebat apalagi, Na biar kamu tahu dan lihat aku di sini untukmu itu karena aku mencintai kamu. Aku menahan perasaanku untuk perempuan lain karena yang aku mau perempuan itu adalah kamu.

 

Ana,

I really love u

Comments

Perlu Dibaca